Selasa, 15 Februari 2011

PELANGI DI LANGIT KHATULISTIWA

Goresan tinta berwarna
Menghiasi indah langit biru
Membuat lengkung teramat sempurna
Dikala rintik angin senja

Dua dara bersenyum simpul
Menggapai kuat goresan pelangi
Pelangi yang tergores
Di langit khatulistiwa

Dara khatulistiwa terbang tinggi
Terbang bersama mimpi hangat
Mimpi indah penuh warna
Seperti pelangi berwarna warni

Dua sayap terbang tinggi
Menggapai bintang yang gemerlap
Bintang jauh yang sempurna
Di langit malam teramat sunyi

Kini pelangi membentuk indah
Di langit sempurna khatulistiwa
Pelangi indah membentuk sempurna
Di hati dara khatulistiwa

Pelangi itu
Membentuk indah
Di langit khatulistiwa



OUR DREAM

Dua sahabat cantik dari negeri khatulistiwa, Indonesia. Mempunyai mimpi indah dalam hidupnya. Mencintai dua pemuda dari negeri pelangi Korea Selatan. Mereka berdua terbang dengan mimpi-mimpi hangat mereka. Menemui dua sosok pemuda yang selalu menari-nari dalam khayalan mereka. Layaknya pelangi menghiasi langit khatulistiwa.

@@@@@@

Suasana tampak hening, disalah satu jembatan layang ibukota Jakarta. Hanya lampu-lampu kota bersinar terang, menghiasi jalan raya. Dua sahabat cantik menatap langit malam Jakarta, tanah kelahiran mereka. Tampak senyum mereka layaknya bintang terang, yang bersinar di angkasa. Mika mengangkat tangan kanannya tinggi. Disela-sela lima jarinya, sebuah kalung berleontinkan pelangi, tergantung indah menghiasi langit malam khatulistiwa. Dia mulai menghitung jarinya.
“ Satu bintang buat Ghu Wuk. Satu bintang buat Jun Ki. Satu bintang buat Ry Wok. Satu bintang buat Min Kay dan satu bintang, buat Hyu Win yang tersayang”, ucapnya dalam menatap lima jarinya dan menggenggamnya. Dia berbalik ke belakang, tersenyum melihat sahabatnya. Nata berjalan beberapa langkah. Diangkatnya perlahan tangan kanannya. Disela-sela kelima jarinya, juga telah tergantung sebuah kalung berleontinkan pelangi.
“ Satu bintang buat Shi Won. Satu bintang buat Jun Hoo. Satu bintang buat Ki Bum. Satu bintang buat Min Hoo. Satu bintang buat Soo Young oppa yang sangat kusayangi”, senyumnya menatap Mika. Mereka tertawa bersama, menghapus beban yang ada di hati mereka. Mika menjerit keras.
“ The Sun..........”, jeritnya keras kemudian disambung jeritan Nata. The Sun merupakan Grup Band yang ada dikorea
“ God From Eastern..........”, jerit Mika bersahutan. God From Eastern yang merupakan Boy Band dikorea.
“ SARANG HEO” , jerit mereka berdua serentak. Menatap bintang-bintang di angkasa. Perlahan Mika menarik nafasnya panjang. Dan menatap kedepan.
“ Nat,jika suatu hari kita menemukan bintang itu, bintang yang kita inginkan. Berikan kalung pelangi ini keorang yang paling kita sayang. Agar ia tau bintang itu begitu indah seperti pelangi. Yang selalu indah dikala hujan usai”, Mika tersenyum. Dan mengalihkan pandangannya kesahabatnya. Ia menatap sahabatnya lekat.
“ Iya Mika Agnesia, sahabatku tercinta”, senyum Nata. Sambil menatap sebuah kalung pelangi yang berada ditangannya. Kalung pelangi yang sama persis dengan kalung pelangi Mika. Ia pun tersenyum, sambil menggenggam kalung pelanginya.

@@@@@@

Kampus semakin sepi. Sudah waktunya libur panjang. Kegiatan kampus pun, hanya sebagian kecil yang berjalan. Mahasiswa yang datang ke kampus hanya mahasiswa yang berkepentingan. Seorang gadis cantik duduk di salah satu tempat duduk peristirahatan di lantai tiga. Pandangannya lurus ke depan. Menatap mahasiswa yang hilir mudik di bawah lantai tiga.
“ Mika..... Mika.....”, jerit Nata dari kejauhan. Seorang gadis manis berambut panjang tergerai indah di bawah bahu. Berlari di tengah ramainya mahasiswa salah satu universitas swasta di Jakarta. Nata berlari dengan cepat, sambil membawa dua tiket pesawat.
“ Ini Mik, ini....”, Nata berusaha menyembunyikan perasaan terharunya.
“Apaan Nat...?”, kerutan dalam terlihat pada kening Mika. Seorang gadis cantik, berambut pendek dengan tinggi semampai. Mika mengambil dua tiket pesawat yang berada di tangan Nata.
“ Waaaa”, jerit Mika, setelah membaca tujuan di dalam tiket pesawat tersebut.
“ E.....e.... kita menang doorprize Mik”, Nata tersenyum dan mengangguk.
“ Lusa kita ke Korea”, ucapnya bahagia. Dari lantai tiga, Nata menjerit.
“ Hyu Win, tunggu gue.......”, jerit Mika.
“ Soo Young oppa, Sarang heo.......”, jerit Nata. Mata mereka berdua seakan berbinar-binar. Semua mahasiswa menatap mereka dengan tatapan aneh. Hari ini takdir memihak ke mereka. Takdir untuk dua gadis pemimipi.

@@@@@@

Di dalam pesawat Garuda Indonesia dengan tujuan Seoul,Korea Selatan. Mika menatap awan yang terbentang luas di luar jendela pesawat. Ia tersenyum dalam, menanti saat pertemuan. Dia berharap, ada kesempatan baginya untuk bertemu Hyu Win, salah satu personel The Sun boyband yang sangat terkenal di Korea. Dialah pemuda yang selalu ada di hatinya. Perlahan matanya teralihkan, ke tempat duduk di sampingnya.
“ Nata, lu kenapa?”, Mika menatap sahabatnya. Melihat wajah sahabatnya yang mulai memucat. Ia tahu sahabatnya ini, baru sembuh dari penyakit tipus. Dan seharusnya, sahabatnya ini beristirahat. Agar tubuhnya kembali pulih.
“ Nat....”, Mika menggoyang tubuh Nata perlahan. Tubuh sang sahabat terlihat mulai melemas.
“ Kayaknya masuk angin Mik?”, ucapnya lemas.
“ Lu yakin!”, Mika mulai cemas.
“ Iya, tenang aja bentar lagi sembuh”, senyumnya. Mika menatap sahabatnya dalam.
“ Nat, kita harus janji. Apapun yang terjadi kita harus sama -sama!”.
“ Iya, janji”, Nata memegang tangan sahabatnya, dengan tangannya yang dingin.
“ Istirahatlah”, Mika memberikan jaketnya ke Nata, Nata pun tersenyum. Tampak guratan kekhawatiran di wajah Mika.

@@@@@@

Di bandara Seoul, begitu ramai pengunjung. Dua sahabat cantik masih menunggu giliran antrian pengambilan tas mereka.
“ Wah.... Gini Korea, semua sipit-sipit.....Hahahaha...”, ucap Mika senang melihat sekelilingnya. Nata mendekat kearah Mika dan menarik dua mata sahabatnya.
“ Lu juga sipit”, ledek Nata, sambil tertawa. Mika mengejar sahabatnya. Nata terus tertawa dan berlari menjauh dari Mika. Dia pun terduduk karena kelelahan.
“ Lu, sakit-sakit tapi larinya cepat banget”, gerutu Mika.
“ Gue, gitu lho”, Nata tertawa.
“ Nata kenapa?”, Mika melihat reaksi Nata yang aneh, karena tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya dan melangkah.
“ Mik, Soo Young............”, jeritnya dan berlari ditengah kerumunan orang-orang. Saat melihat Soo Young pemuda tampan yang memakai kaos putih dan topi hitam, berada di bandara yang sama dengan mereka.
“ Nata, tunggu...tunggu gue Nat......”, Mika terus mengejar Nata. “Nata...........”, jerit Mika ditengah keramaian. Dia terus mencari sahabatnya yang hilang di tengah keramaian. Mereka akhirnya terpisah di bandara.
“ Nata....lu dimana?”, jerit Mika, yang telah kehilangan sahabat baiknya.

@@@@@@

“Soo Young.............”, jerit Nata, di tengah kerumunan fans God From Eastern, boyband beranggotakan lima orang yang sedang naik daun di seluruh Asia. Wajahnya berseri-seri, apa yang ia harapkan, telah berada di depan mata.
“Soo Young...... Soo Young....God From Eastern...”, ucapnya bersamaan dengan fans God From Eastern lainnya. Nampak guratan senyum mendalam di bibirnya.
“Mik.....,Soo Young gantengkan?! Lu gak percaya sih. Dia itu lebih ganteng daripada......”, Nata menoleh ke belakang, ternyata Mika sudah tidak ada di belakangnya..
“ Mik...Mika...”, Nata kembali berusaha menerobos kerumunan fans God From Eastern untuk mencari sahabatnya.
“Mika...........”, jeritnya.
Di tempat yang berbeda, Mika juga mencari sahabatnya.
“Mik lu dimana?”, Nata terus melangkah, dengan wajah semakin memucat, tubuhnya semakin lemas. Seorang pemuda berjalan kearahnya. Melihat tubuhnya yang semakin sempoyongan. Nata pingsan tepat di depan pemuda itu.
“ Hei.......bangun...”, pemuda itu, berusaha membangunkan Nata. Namun Nata terlalu lemas, ia tidak bisa berdiri. Matanya pun mulai buram.
“ Manager Lee”, panggilnya ke salah satu rekannya.
“ Ne ”, kemudian mendekat.
“Bawa dia ke rumah sakit”.

@@@@@@

Mika mulai terduduk kelelahan di salah satu kursi ruang tunggu. Ia tidak bisa menyembunyikan kegelisahan hatinya. Air matanya mengalir. Seorang laki-laki paruh baya mendekat ke arahnya.
“Gohyang i odi simnikka ”, laki-laki itu berucap ramah.
Mika menatap laki-laki itu.
“ Indonesia”, ucap Mika pelan.
Laki-laki itu pun tersenyum.
“Saya juga orang Indonesia”, ucapnya.
Mendengar ucapan laki-laki tersebut, nampak kebahagian di wajah Mika.
“ Bapak dari Indonesia?”, Mika berusaha meyakinkan ucapan laki-laki paruh baya tersebut.
“ hehehe.. Memang saya terlihat seperti orang Korea. Hahahaha”, tawanya renyah.
“ Nggak sih”.
“ Saya orang Sunda. Tinggal di Bogor. Namamu siapa?”.
“ Mika pak. Saya tinggal di Tanjung Priok”.
“ Wah preman Priok dong?”, ledek bapak tersebut.
“ Gak salah lagi. hehehehe”, Mika mulai bisa tertawa.
“ Bapak di sini ngapain?”, tanya Mika.
“ Keluarga saya disini. Anak serta istri saya. Disini kami buka restoran khas Indonesia, terutama makanan Sunda”.
“ Wah...........”, ucap Mika.
“ Nak Mika ngapain disini?”, tanyanya.
“ Menggapai mimipi”, senyum Mika, membuat guratan di kening laki-laki paruh baya ini semakin dalam.
“ Sendiri?”, tanya bapak itu kemudian, sembari melihat dua tas yang ada di samping Mika. Mika menggeleng.
“ Nggak...”, wajah Mika mulai suram.
“ Saya bersama teman pak, tapi tadi terpisah”
“ Dimana?”
“ Disini”
“ Kenapa gak lapor ke petugas bandara atau ke ruang informasi?”.
“ Oh ia. Saya kok jadi bego gini. Makasih pak”, Mika buru-buru pergi.
“ Tunggu nak”.
Mika menghentikan langkahnya.
“Ini alamat bapak, kalau ada apa-apa. Kesini aja”. Laki-laki paruh baya itu memberikan alamat rumahnya ke Mika. Dan pamit pulang.
“ Terima kasih pak”, senyum Mika dan melambaikan tangan. Mika buru-buru berlari ke ruang informasi.
******
“ Maaf pak, saya terpisah dengan teman saya. Bapak bisa membantu saya?”.
“ Namanya siapa dan asalnya?”, tanya petugas informasi.
“ Ini pak ”, Mika memberikan sebuah kertas ke petugas informasi.
Kemudian terdengar suara panggilan keluar dari ruang informasi.
“ DI TUNGGU NONA NATASYA DESHITA DARI INDONESIA, DI RUANG INFORMASI. DICARI OLEH NONA MIKA AGNESIA”, ucap petugas informasi dengan pengeras suara
“ Gamsa hamnida ”, ucap Mika kemudian menunggu kedatangan Nata.
Lama Mika menunggu. Tapi yang ditunggu tak kunjung datang.
“ Nata cepatlah kesini!Lu dimana sih?”, desah Mika dalam.
Pikirannya sekarang bercabang-cabang dan kembali cemas akan kesehatan sahabatnya yang kurang baik . Mika menunggu kedatangan Nata hingga tertidur.
“ Nona...”, seorang petugas bandara membangunkan Mika. Mika lalu tersadar dari tidurnya.
“ Mana Nata?...”,tanyanya ke petugas bandara, yang membangunkannya. Mika mencari sahabatnya, pandangannya mencari ke seluruh ruangan bandara.
“ Kami tidak menemukan teman Anda. Bisakah Anda tidur ditempat lain?”, ucap petugas bandara. Mata Mika seakan menerawang. Mika pergi dengan membawa dua koper ditangannya. Pikirannya seakan melayang-layang.
******
Taxi yang dinaiki Mika melaju kencang melintasi jalan raya Korea Selatan. Namun pikiran Mika hanya tertuju pada sahabatnya.
“Nona, kita kemana sekarang”, tanya sopir taxi.
“Hotel Sun”, ucap Mika datar. Mika diam tanpa suara dan melihat sekelilingnya. Hanya ada mobil dan lampu-lampu kota. Korea yang selalu ia impikan penuh dengan warna kini seakan mati.

MATA ITU

Sinar surya masuk dari celah jendela kamar ruang rawat inap. Seorang gadis Indonesia, masih terbaring lemas diranjangnya. Perlahan ia menatap sekeliling ruangan. Seorang pemuda kaos biru dengan tinggi sekitar 186 cm, berdiri tepat di depan jendela ruang rawat inapnya.
“ Dimana gue?”, tanya Nata dengan perasaan khawatir.
“ Gan gang un oddosumnikka ?”, pemuda itu membalikkan badan. Nata terdiam, tanpa berucap satu patah katapun. Pemuda yang salama ini menjadi mimpinya. Sekarang berada di hadapannya.
“ Baik”, ucapnya perlahan, dengan mata yang berbinar-binar.
“ Cepat sembuh, gue gak mau ngurusi orang seperti lu!Masih banyak urusan yang harus gue lakukan”, ucap Soo Young datar dan pergi meninggalkan Nata. Nata hanya diam. Ia masih bingung dengan apa yang terjadi. Mata indah itu sekarang berada dihadapannya.
Sekali lagi, ia melihat ruangan rawat inapnya. Ia seperti kehilangan sesuatu yang beharga dari dirinya. Ia kehilangan teman yang selalu bersamanya.
“ Mika.....”, desahnya. Dengan sisa tenaga yang ada di tubuhnya. Ia keluar dari ruangan. Dengan infus yang masih tergantung di tangan kirinya. Ia menyusuri jalan setapak rumah sakit.
******
“ Soo Young...”, panggil Manager Ma. Soo Young berhenti dari jalannya.
“ Kenapa masih disini!”, Soo Young menatap Manager Ma dengan wajah tanpa bersalah. Nampak kemarahan diwajah Manager Ma.
“ Kenapa gak latihan, bersama yang lain! Jangan jadikan, anak perempuan itu alasan, buat kamu gak latihan”, Manager Ma mulai menceramahi Soo Young.
Soo Young mulai berjalan kembali, tanpa memperdulikan ucapan Manager Ma.
“Soo Young, anak perempuan itu akan segera kuusir”, bentak Manager Ma. Soo Young menoleh ke belakang. Hyung-hyung nya mulai mendekat kearah Manager Ma.
“ Terserah, gue gak peduli”, ucap Soo Young dingin.
“Soo Young!”, bentak Manager Ma. Dengan wajah memerah, karena marah.
“Annyeonghaseyo ?”, ucap Nata memecah suasana. Manager Ma menatap Nata, dengan pandangan yang kurang bersahabat. Ia pun langsung pergi.
“ Annyeonghaseyo?”, ucap Ki Bum, dengan wajah yang ramah.
“ Yosaa o ddosumnikka ?”, tanya Min Hoo ramah.
“ Baik oppa”, senyum Nata.
“ Dangsin ui irum un muos imnikka ?”, tanya Shi Won.
“ Nata”.
“ Gohyang i odi simnikka”, tanya Ki Bum kembali.
“ Indonesia”, ucap Nata.
“ Istirahatlah, biar cepat sembuh”, senyum Ki Bum. Nata menatap lekat Soo Young.
“ Baik”, Nata meninggalkan lima pemuda yang selama ini, selalu hadir dalam mimpinya.
******
“ Sudahlah, kita sama-sama tahu, watak Manager Ma!, ucap Jun Hoo menyemangati Soo Young.
“ Turuti saja dulu keinginannya. Ini juga demi fans. Tanpa fans, kita gak kan seperti ini”, Ki Bum menasehati Soo Young. Soo Young diam beberapa detik. Ia menatap keempat hyung-hyungnya. Keempat hyung yang selalu setia menyemangatinya. Soo Young pergi meninggalkan rumah sakit. Nata hanya bisa tersenyum, melihat kepergian mereka berlima.
“ Mik, seandainya lu ada disini. Gue akan bilang, mereka semua sempurna. Persahabatan mereka melebihi apapun”, senyum Nata.
“ Tapi Mik, persahabatan mereka hanya mereka yang bisa rasakan. Karena gue tidak bisa merasakan, apa yang mereka rasakan. Gue gak bisa merasakan kehadiran seorang sahabat. Gue gak bisa merasakan itu. Gue ingin seperti mereka, selalu bersama. Gue mau ketemu lu Mika”, celah bening keluar dari mata gadis manis dari khatulistiwa itu.

@@@@@@

Kertas putih berserakan, di salah satu singgasana empuk. Pemuda dengan tinggi 178 cm dengan berat 60 kg ini. Menghabiskan waktunya seharian menulis bait-bait lagu. Pikirannya tidak sejernih dulu. Beberapa bulan ini, inspirasinya dalam membuat lirik lagu mulai mengurang. Padahal tidak ada waktu lagi, untuk membuat lirik lagu. Pikirannya sekarang campur aduk.
Tanpa pikir panjang, diambilnya jaket hitam yang tergeletak tepat di bawah lantai tempat tidurnya. Dan menggapai kunci motor yang ada di meja kerjanya. Ia pergi meninggalkan berkas-berkas yang berserakan di kamarnya.
“ Hyung, kemana?”, tanya salah satu teman kamarnya. Namun yang ditanya terus berlalu.
******
Jalan raya Korea tampak berkilaun. Dihujani oleh lampu-lampu kota yang gemerlap. Seorang gadis cantik bertubuh semampai, melintasi jalan pinggir raya Korea. Dia berjalan tanpa tujuan. Korea seakan mati baginya.
“ Nata lu dimana!”, jeritnya putus asa. Mika terus melangkah tanpa tujuan. Sebuah motor berwarna hitam melintasinya dengan kecepatan penuh dan masuk ke dalam sebuah bar. Mika menatap lekat motor itu.
“ Hyu Win...”, bisiknya, tidak percaya. Ketika pemuda itu, membuka helmnya. Seorang pemuda tampan dengan jaket hitam mulai masuk ke dalam bar. Dia mendekat ke dalam bar. Memastikan pandangannya. Pemuda tersebut terus masuk ke dalam bar. Tanpa menoleh kebelakang.
Gadis cantik ini terus mengikutinya dari belakang. Langkahnya terhenti ketika seorang laki-laki paruh baya menarik keluar salah satu pelayan bar. Sambil mencaci pelayan bar tersebut.
“Pergi dari sini! Disini tidak butuh karyawan seperti mu!”, bentaknya kepada pelayan tersebut. Laki-laki paruh baya itu terlihat seperti manager bar tersebut. Pelayan itu langsung pergi. Meninggalkan laki-laki paruh baya, dengan wajah kesal.
“ Mau uang, tapi malas-malasan”, gerutu pria tersebut. Mika mendekat ke arah laki-laki paruh baya itu.
“ Annyeonghaseyo?”, ucap Mika. Laki-laki itu menatap Mika.
“ Ne”, ucapnya dingin, karena masih kesal.
“ Tuan, saya butuh pekerjaan. Bolehkah saya menggantikan orang yang tadi?. Saya janji, akan bekerja dengan sebaik mungkin”, ucap Mika tegas. Laki-laki itu melihat Mika dari bawah sampai keatas.
“ Dangsin un nugu imnika?”, ucapnya.
“ Mika, Mika Agnesia”, Mika tersenyum ramah. Sekali lagi, laki-laki ini melihat Mika dengan tatapan aneh.
“ Gohyang i odi simnikka?”
I “ Indonesia. Bolehkah saya bekerja disini?”, tanya Mika sekali lagi, memastikan.
“ Juhsumnida . Tapi harus bekerja dengan baik”.
“ Ne”. Ucap Gita dengan wajah berseri – seri.
“ Gamsa hamnida”, ucapnya dan masuk ke dalam bar.
Hari ini, hari pertama Mika bekerja sebagai pelayan bar. Hari pertama bagi Mika merubah dirinya, menjadi wanita yang bekerja di tempat yang penuh dengan barang haram. Dia hanya ingin lebih dekat dengan pemuda yang selalu bermain-main dalam mimpinya.
******
Dari jauh Mika menatap Hyu Win. Ia tidak berani menegur Hyu Win. Apalagi posisinya disini hanya sebagai pelayan. Mika hanya bisa tersenyum dari jarak jauh. Dua jam telah berlalu. Empat anggota The Sun lainnya mendekat ke meja Hyu Win. Hyu Win leader The Sun ini dalam keadaan mabuk berat. Dengan sigap, gelas ditangan Hyu Win telah berada di tangan Min Kay. Hyu Win berusaha mengambil gelasnya kembali.
“ Sini”, ucapnya dalam keadaan mabuk.
“Hyu Win sudah”, bentak Min Kay.
“ Sini!”, Hyu Win merampas gelas ditangan Min Kay.
“ Hyung, ini terlalu banyak. Tidak baik buat kesehatan”, nasehat Ghu Wuk.
“ Terserah gue”, bentaknya dalam keadaan mabuk. Hyu Win menuang segelas bir kedalam gelasnya. Dengan sigap Jun Ki mengambil botol bir tersebut.“ Kalian semua brengsek”, bentaknya.
“ Mabuk tidak akan menyelesaikan masalah sama sekali”, gerutu Ry Wok.
“ Lu, personil baru tau apa?”, ucapnya ngawur.
“ Hyung....”, gerutu Ry Wok.
“ Sudah Hyung, dia lagi mabuk, dia tidak tau apa yang dia katakan”, Ghu Wuk meredam suasana.
“ Sini botol birnya”, Hyu Win berusaha mengambil botol bir yang ada ditangan Jun Ki. “ Oh lu main-main ya!”, gerutu Hyu Win dalam keadaan mabuk. Jun Ki menarik nafas panjang.
“ Pelayan kesini!”, teriak Hyu Win dari meja delapan.
******
“ Hei anak baru, lu gak denger apa. Dimeja delapan ada yang manggil lu”, Mika terdiam. Dia tidak mampu untuk berkata tidak. Tapi perasaannya kacau, ia akan melihat idolanya lebih dekat.
“ Ne”, ucapnya parau.
“Cepat kesana”, tegur salah satu pelayan tetap bar tersebut. Mika mengangguk. Mika menuju meja delapan. Dengan perasaan gugup.
“ Ada yang bisa saya bantu?”, ucap Mika ramah. Hyu Win tiba-tiba berdiri di depannya. Mika terdiam dengan wajah kagetnya.
“ Hei...”, senyum Hyu Win mentapnya, sambil tersenyum polos dan terjatuh di pundaknya karena tidak bisa memopang tubuhnya.
“ Hyung...”, ucap Jun Ki. Keempat orang tersebut langsung merangkul tubuh Hyu Win.
“ Nuna , Mianhaeyo ”, ucap Min Kay. Keempat pemuda tersebut kemudian pergi menjauhi Mika, yang masih berdiri diam. Tanpa berucap satu patah pun. Perlahan Mika sadar dari lamunannya. Ia tersenyum dalam. Mata indah itu sekarang berada dihadapannya.

BINTANG TERINDAH

Taman peristirahatan rumah sakit Bancakkeori nampak sepi. Hanya beberapa pasien saja, yang menghabiskan waktunya di taman tersebut. Seorang pria muda dengan topi biru, berdiam diri. Menatap bunga-bunga taman. Perlahan seorang pasien rumah sakit Bancakkeori mendekat ke arahnya.
“ Hem...seandainya kedamaian ini, bisa ku bawa pulang ke kampung halamanku!”, desahnya dalam. Pemuda tadi menatapnya dengan guratan dalam di keningnya. Gadis itu tersenyum.
“ Gan gang un oddosumnikka”, ucap pemuda itu perlahan.
“ Jinaesseyo ”, ia tersenyum.
“ Duduklah...”, Soo Young mempersilahkan Nata duduk disampingnya.
“ Gamsa hamnida”, ucapnya dan duduk. Lama mereka berdiam diri. Tidak satupun dari mereka yang berucap.
“ Ngapain lu ke Korea?”, tanya Soo Young tiba-tiba, sambil menatap gadis khatulistwa ini.
“ Menggapai mimpi”, senyumnya dalam.
“ Waa ”, Soo Young mengerutkan keningnya.
“ Aku hanya ingin, menggapai mimpiku”, ucapnya menatap Soo Young.
“ He... Mimpi. Apa mimpimu?”, tanya Soo Young penasaran.
“ Menggapai bintang terindah”, ucapnya pelan dan menghadap ke depan. Soo Young bengong, baru kali ini dia menemui wanita yang aneh.
“ Oppa, Ghamsa hamnida”, ucapnya menundukkan kepalanya. Soo Young bertambah bingung. Dia tertawa perlahan. Membuat guratan di kening Nata. Nata hanya tersenyum. Baru kali ini dia bisa melihat Soo Young tersenyum di kehidupan nyatanya.
@@@@@@

Seorang gadis khatulistiwa berjalan pelan, ke arah sebuah bar. Langit malam dengan setia menemaninya. Menemani dunia glamor yang sekarang, menjadi santapan setiap harinya.
“Annyeonghaseyo?”, ucap seorang pemuda tampan di depannya. Langkah Mika dengan seketika terhenti.
“Annyeonghaseyo?”, ucapnya gugup. Ketika berhadapan dengan Hyu Win, pemuda yang selalu ada di dalam mimpinya.
“ Narang sagwillaeyo ?”, ucap Hyu Win tiba-tiba mengagetkan Mika.
“ Waeyo ?”, Mika refleks.
“ Upsss maaf. Mianhamnida , kalau tidak sopan”, Hyu Win malu-malu. Mika tersenyum.
“ Aniyo , Amugeotto eopseoyo . Gue senang berteman denganmu”, senyum Mika membuat guratan senyum mendalam di bibir Hyu Win.
“ Oh ia, Mianhamnida. Karena kesalahan saya semalam”, mata Hyu Win sayu, penuh penyesalan.
“Ne”, senyum Mika. Mana mungkin Mika marah jika yang minta maaf adalah Hyu Win. Apalagi bagi Mika, Hyu Win adalah pria spesial di hatinya.
“ Seonghami mu-eosimnika ”, Hyu Win.
“ Jeoneun Gita imnida ”.
“ Gita ssineun myeot sarimnika ?”, tanya Hyu Win penasaran.
“ Jeoneun 22 sarimnida ”
“ Nuna!”, kaget Hyu Win tidak percaya. Gadis secantik Mika ternyata lebih tua darinya. Mika mengerutkan keningnya.
“ Kita cuma beda setahun doank, jangan panggil Nuna”, pinta Mika sambil tersenyum.
“ Kok tau?”, tanya Hyu Win penasaran.
“ Gue tau semua tentang lu. Tapi belum tentu lu tau, segala sesuatu tentang gue”, sindir Mika.
“ Hem...”,Hyu Win mengerutkan keningnya dan tersenyum.
“ Gue masuk dulu”, senyum Mika. Sebenarnya ia ingin lebih lama mengenal Hyu Win. Tapi pekerjaan di bar menunggunya.
“ Mik”, panggil Hyu Win, menghentikan langkah Mika. Mika menoleh ke belakang.
“ Ngapain lu ke Korea?”, tanya Hyu Win tiba-tiba.
“ Menggapai mimpi”, senyumnya dalam.
“ Waa”, Hyu Win mengerutkan keningnya.
“ Aku hanya ingin menggapai mimpiku”, ucapnya menatap Hyu Win dalam.
“ Apa mimpi lu?”, tanya Hyu Win penasaran.
“ Menggapai bintang terindah”, ucapnya pelan dan pergi meninggalkan Hyu Win dalam keadan bingung. Hyu Win senyum-senyum sendiri setelah kepergian Mika. Dia baru menemukan wanita yang super unik.

@@@@@@

Pagi yang cerah. Nata segera merapikan pakainnya. Hari ini, hari terakhir ia berada di rumah sakit. Ia berharap hari terakhir ini. Bukan hari terakhir baginya bersama Soo Young.
“ Sudah siap?”, tanya Soo Young dari depan pintu.
“ Ne”, ucapnya tersenyum.
“ Lu gak bawa apa-apa?”, tanya Soo Young, Nata menggelengkan kepala.
“ Gue terpisah, dari sahabat gue”, ucap Nata tertunduk.
“ Ayo....”, Soo Young menarik tangan Nata. Soo Young tidak mau melihat wanita menangis.
“ Kemana?”, tanya Nata karena tangannya ditarik Soo Young.
“ Ikut aja”, ucapnya. Sepanjang jalan rumah sakit Soo Young terus memegang tangan Nata. Nata hanya bisa menatapnya dalam.
“ Soo Young....”, teriak manager Ma dari kejauhan melihat Soo Young bersama Nata mengarah keluar dan menaiki taksi.
“ Anak itu, awas kau”, gerutu manager Ma penuh kekesalan.
******
Nata dan Soo Young sekarang berada di supermarket. Nata terdiam melihat supermarket di Korea yang sangat besar.
“ Kenapa diam....”, tanya Soo Young tersenyum.
“ Ha...”, ucap Nata kaget.
“ Ayo pilih baju sesuai keinginanmu?”.
“Aniyo”, Nata menggeleng.
“ Gwaenchaneyo , pilih aja. Kalau lu gak mau milih, gue yang pilihin”, Soo Young memilih baju buat Nata. Nata hanya diam melihat reaksi Soo Young yang begitu baik.
“ Ayo...”, tarik Soo Young setelah selesai belanja.
“ Kemana?”, tanya Nata kaget karena ditarik-tarik terus.
“ Ikut aja”, senyumnya. Nata tidak bisa berbuat apa-apa. Orang yang sangat istimewa sekarang selalu ada disampingnya.
******
Sekali lagi Nata dibawa ke tempat mewah. Nata hanya bisa bengong. Soo Young dengan santai menariknya ke staf informasi.
“ Eoseo osipsiyo ”. Tanya salah satu staf Resepsionis.
“ Binbang innayo ”, tanya Soo Young.
“ Ne, eoteon bangeul deurilkayo ?”.
“ Seuwitheumrum jom juseyo ”, ucap Soo Young.
“ Ne”, petugas resepsionis hotel langsung mengantar Soo Young dan Nata ke kamar hotel.
“ Silahkan”, ucap petugas resepsionis setelah mengantar mereka berdua ke kamar hotel.
“Gamsa hamnida”, ucap Soo Young diikuti anggukan Nata. Petugas resepsionis itu pergi meninggalkan Nata dan Soo Young.
“ Masuk dan istirahatlah”, ucap Soo Young dan pergi meninggalkan Nata. Nata hanya bisa diam karena mendapat perlakuan yang istimewa dari Soo Young.
“ Oppa...”, Nata menghentikan langkah Soo Young.
“ Kenapa lu begitu baik?”, tanya Nata. Soo Young hanya tersenyum.
“ Istirahatlah, kalau ada apa-apa. Ke ruang resepsionis minta nomor teleponku atau langsung ke kantor”senyumnya dan kemudian dia pergi.
“ Oppa”, sekali lagi Nata menghentikan langkah Soo Young.
“ Ne”, Soo Young mengerutkan keningnya.
“ Gamsa hamnida”, senyum Nata. Soo Young tersenyum dan melangkah pergi. Sekali lagi Nata merasakan Soo Young begitu dekat dan sangat dekat dengannya.

@@@@@

Seperti biasa setiap malam di bar selalu ramai pengunjung. Dari kelas kakap sampai buaya darat. Mika sebenarnya sangat risih bekerja di tempat seperti ini. Tapi hati dan pikirannya telah menyatu dalam mimpinya. Ingin selalu terus dan terus melihat senyum dan mata indah pemuda yang sangat ia sukai.
“ Mik, antarkan miuman ini kemeja dua belas”, ucap kepala pelayan bar.
“ Baik”, Mika dengan hati-hati mengantarkan minuman kemeja dua belas.
******
“ Lu, anak baru disini?”, tanya tamu di meja dua belas.
“ Ia”, ucap Mika terdiam dan tertunduk. Laki-laki jalang itu mendekat ke arah Mika dengan mulut busuknya ia berbisik.
“ Malam ini, lu bersama gue. Gue akan bayar lu sepuasnya”, lirik laki-laki jalang itu.
“Mianhaeyo”, Mika melangkah pergi.
Karena terlalu gugup, botol bir yang ada di tangannya jatuh di meja dua belas tersebut. Suasanapun menjadi ricuh. Hyu Win menoleh ke belakang. Dia menatap Mika yang di kelilingi oleh para lelaki jalang tersebut. Dalam keadan mabuk berat, ia melangkah kemeja dua belas.
“ Hei.... Jangan ganggu dia. Dia milik gue”, Hyu Win menarik tangan Mika menjauh dari para mata keranjang yang menggoda Mika. Orang-orang tersebut menatap Hyu Win dengan tatapan penuh kekesalan. Mika menatap Hyu Win dalam. Senyumnya tergores saat itu. Senyum kebahagian dari dunia mimpinya.
Perasaan itu mulai tumbuh, dihati dua dara cantik khatulistiwa. Indah seindah pelangi dilangit biru. Mata mereka merona bahagia. Bagaikan kristal embun pagi. Detak jantungpun sekaan bergerak tidak sesuai irama. Tapi mata dan hati telah membentuk indah di kehidupan mereka. Dua insan dalam ruang dan waktu yang berbeda telah mengalami satu cinta yang sama. Cinta terindah dari negeri pelangi buat langit khatulistiwa.

@@@@@@

Sinar surya mulai senja. Seorang gadis manis berdiri di depan kantor Managemen God From Eastern. Menunggu pemuda yang selalu bermain-main dalam mimpinya. Ia tersenyum hangat, saat melihat pemuda itu berada di depannya.
“ Kenapa gak masuk?”, tanya Soo Young. Nata menggeleng.
“ Waa”, tanya Soo Young sekali lagi.
“ Nih”, Nata memberikan topi dan kaca mata kepada Soo Young.
“ Untuk apa?”, Soo Young penasaran.
“ Pake saja?”, senyum Nata dan menarik tangan Soo Young menaiki bus. Soo Young kelihatan canggung. Sudah lama ia tidak menaiki kendaraan umum.
“ Gimana kalau ketahuan”, Soo Young mulai cemas.
“ Tenang aja. Gak kan ada yang curiga kok”, senyumnya.
“ Waa”, Soo Young mulai khawatir.
“ Karena gak mungkin seorang Soo Young dari God From Eastern, pergi bersama gadis Indonesia yang gak jelas seperti aku ini”, ucapnya dalam. Soo Young menatap Nata lekat.
“ Hemm...”, Nata mulai salah tingkah karena tatapan Soo Young.

@@@@@@

Di tempat yang berbeda, di dalam bar. Hyu Win memesan minuman. Mika menggengam minuman yang dipegang Hyu Win erat. Hyu Win berusaha menariknya.
“ Kenapa selalu minum?”, tanya Mika dengan kerutan di keningnya.
“ Agar dapat ide untuk lagu selanjutnya”, ucapnya dan menarik bir ditangan Mika.
“ Apa dengan minum bisa dapat ide?”, Mika mengambil kembali minuman di tangan Hyu Win.
“ Ne”, ucapnya dan menarik bir ditangan Mika kembali. Mika menggeleng.
“ Mau ide?Yuk ikut gue!”, Mika menarik tangan Hyu Win.
Motor yang dikendarai Hyu Win melaju kencang melintasi jalan raya. Sinar lampu malam gemerlap. Di setiap pelosok Korea Selatan.
“ Disini”, tanya Hyu Win di salah satu jembatan layang Korea Selatan. Mika mengangguk.
“ Mana kertasmu, keluarkan”, senyum Mika. Hyu Win mengerutkan keningnya. Ia pun mengeluarkan buku sakunya. Mika mengambil buku saku dari tangan Hyu Win.
“ Terus...”, tanya Hyu Win.
******
“ Ngapain kita kesini?”, tanya Soo Young tiba-tiba. Saat menyadari dia telah berada di salah satu jembatan layang Korea Selatan.
“ Buat menghilangkan rasa penat”, senyum Nata.
“ Gimana bisa?”, tanya Soo Young.
******
Dari tempat yang berbeda dengan waktu yang bersamaan Nata dan Mika berseru bersamaan. Mereka berdua berjalan beberapa langkah ke depan.
“ Tarik nafasmu, coba rasakan kedamaian dari lubuk hatimu dan pejamkan matamu”. Dari tempat yang berbeda Hyu Win dan Soo Young menatap dua gadis khatulistiwa ini lekat. Ada satu isyarat yang tak tersampaikan dari mulut mereka. Dari lubuk hati dua gadis khatulistiwa ini berucap.


Saat ku menatapnya
Ku lihat pelangi indah
Di pelupuk matanya
Kurasakan ada getaran
Dalam jiwaku
Ku merasakan hatiku begitu damai

Hai angin dengarkan isyarat hatiku
Isyarat untuk bintang terindah di mimpiku
Jadikanlah ia bintang untukku
Dalam dunia nyataku

Saat ku melihatnya
Ku merasakan senyumnya
Senyumnya membuatku lumpuh
Membunuh sebagian dari nyawaku
Dia yang terindah
Bintangku
Dan akan selalu ada dihatiku
( Einda Asahy)

Senyum Nata dan Mika mengakhiri ucapannya. Dan membuka mata, menatap bintang terindah di depan mereka.

******
“ Wah....”, senyum Hyu Win. Menatap Mika penuh pesona. Mika mengerutkan keningnya.
“ Kenapa?”, tanya Mika heran.
“ Lirikmu begitu indah. Seharusnya kamu menjadi partner kerjaku”, puji Hyu Win. Dan menatap Mika penuh arti. Tatapannya membuat guratan senyum manis di bibir Mika.

******
“ Oppa, kenapa diam?”, tanya Nata melihat respon Soo Young yang berbeda.
“ Ucapanmu begitu indah. Sampai-sampai aku bingung, harus berucap apa?”, ucap Soo Young terkesima.
“Gamsa hamnida”, senyum Nata dan menunduk. Soo Young menatap Gadis manis ini lekat.

KALUNG PELANGI

Mika berjalan melewati beberapa kamar di apartemen. Sebuah buku dengan setia berada dipelukan gadis cantik ini. Ia ingin mengembalikan buku Hyu Win. Karena semalam, ia lupa mengembalikan. Sewaktu mereka berdua, berada di jembatan layang. Mika berdiri tepat di depan kamar Hyu Win.
“ Ting...tong...”, suara bel berbunyi keras di dalam kamar Hyu Win.
“ Masuklah”, ucap Hyu Win dari dalam, sembari membuka pintu. Mika masuk ke dalam. Suasana tampak hening di dalam kamar. Mika mulai membuka pembicaraan.
“ Gue mau, mengembalikan buku ini”. Mika memberikan sebuah buku ke Hyu Win. Mika menatap Hyu Win dengan tatapan dalam.
“ Kenapa?”, tanya Hyu Win.
“ Lu sakit”, Mika memeriksa temperatur panas pada kening Hyu Win. Hyu Win memegang tangan Mika. Mata Mika sekarang menatap lekat mata Hyu Win .
“ Mianhamnida”, Mika tertunduk. Hyu Win tersenyum hangat, melihat tingkah laku Mika yang polos.
“ Gwaenchaneyo”, senyumnya.
“ Istirahatlah. Gue buatin lu bubur. Lu tiduran ja”, perintah Mika, Hyu Win hanya tersenyum dan menuruti perintah Mika. Mika langsung membuatkan bubur untuk Hyu Win.
*******
Di tempat yang berlainan Nata berada di ruangan audio God From Eastern.
“ Bagaimana kesehatanmu?”, tanya Jun Ki ramah.
“ Sangat baik oppa”, senyum Nata.
“ Baguslah... Gue masuk dulu ya!”, senyum Jun Ki dan masuk ke ruangan audio.
“ Jun Ki hyung ngobrol apa?”, tanya Soo Young tiba-tiba, mengagetkan dari belakang.
“ Cuma nanyain kabar doank oppa”.
“ Lu udah makan?”, tanya Soo Young.
“ Udah, tadi di hotel”, senyumnya.
“ Soo Young..........”, dari dalam audio manager Ma memanggil Soo Young dengan wajah tidak bersahabat.
“ Pergilah”, ucap Nata. Soo Young mengerutkan keningnya.
“ Dari pada kakek tua itu ngomel mulu. Bosenkan?”, Nata tertawa pelan.
“Kamu ini!”, Soo Young tersenyum dan mengacak rambut Nata hingga berantakan. Dan pergi meninggalkan Nata.
“ Aja...aja... Fighting”, senyum Nata dari jauh menyemangati Soo Young. Dari ruang audio musik Soo Young tersenyum ke arah Nata.
********
Bubur yang dimasak Mika telah selesai dibuat. Begitu harum, menggugah selera.
“ Makanlah”, Mika menyuapi Hyu Win. Dia pun makan dengan lahap.
“ Lu bakal jadi istri yang baik, buat suami lu kelak”, puji Hyu Win. Mika hanya tersenyum. Sesaat kemudian, Mika melirik jam tangannya.
“ Gue pergi dulu, mau siap-siap kerja”, Mika segera mengambil tasnya. Tangannya dipegang erat oleh Hyu Win.
“ Tetap lah disini, barang beberapa jam”, pinta Hyu Win dengan mata penuh harap. Mika diam beberapa saat. Kemudian ia tersenyum hangat.
“ Ne”, ucap Mika tidak mampu menolak. Mika terus menemani Hyu Win sampai ia tertidur pulas.
******
Di tempat yang berbeda Mika dan Nata melihat bintang. Bintang yang gemerlap di langit Korea.
“ Bintang itu akan kita gapai bersama”, mereka berbalik ke belakang. Melihat bintang yang mereka inginkan, telah berada di hadapan mereka. Nampak celah bening air mata di kedua belah selaput mata indah, gadis katulistiwa ini. Mereka merindukan senyuman sahabatnya.
“ Nata, bintang itu telah ada dihadapanku. Apa kamu juga bisa meraih bintangmu”.
“ Mika, bintang itu telah ada dihadapanku. Apa kamu juga bisa meraih bintangmu”.
Bening kristal jatuh indah di pipi kedua dara cantik ini. Mereka menatap kalung pelangi yang ada di tangan mereka.
“ Apa kalung ini harus ku berikan sekarang?”, desah mereka bedua di dua tempat yang berbeda.

@@@@@@

Sebuah kalung berleontinkan pelangi dengan setia berada digenggaman tangan dara manis khatulistiwa ini. Ia berjalan mengitari managemen God From Eastern. Ia ingin bertemu seseorang yang menjadi mimpi dikehidupannya.
“ Kamu akan berada ditempat yang kamu inginkan”, desahnya menatap kalung pelangi yang ada ditangannya.
******
Disalah satu ruangan staf managemen God From Eastern. Manager Ma menatap Soo Young dengan tatapan tidak bersahabat. Dari luar ruangan Nata menatap ke dalam. Dia tidak berani masuk karena situasi yang tidak memungkinkan.
“ Akhir-akhir ini latihanmu semakin mengurang, apa karena gadis itu?”, tanya manager Ma dari tempat duduknya.
“ Bukan karena itu”, ucap Soo Young tegas.
“ Heh...beralasan!”, dengus Manager Ma.
“ Kalau bukan karena itu, gadis itu besok akan kupulangkan ke negara asalnya”, ucap Manager Ma. Soo Young mengerutkan keningnya.
“ Apa maksudmu, dia tidak ada hubungannya dengan kasusku yang sekarang ini”, nada suara Soo Young mengeras.
“ Kamu mau, para fansmu tau, anak itu yang merubah sikapmu. Kamu taukan bagaimana antipatinya fansmu kepadamu. Dia mungkin saja bisa dibunuh”, bentak Manager Ma. Soo Young terdiam.
“ Aku akan berusaha menjaganya”, ucap Soo Young perlahan. Nata terdiam mendengar ucapan Soo Young. Air matanya mengalir di selaput bening matanya.
“ Plaak.......”, sebuah tamparan melesat dipipi Soo Young.
“ Kamu sudah gila!”, teriak Manager Ma.
“ Sudah!”, Nata masuk ke dalam ruangan. Soo Young menoleh ke belakang.
“ Nata?”, ucapnya.
“ Aku yang salah, bukan Soo Young oppa. Aku akan pergi dari sini”.
“ Nata, apa yang kamu katakan?”, ucap Soo Young dalam. Nata terdiam beberapa saat.
“ Soo Young oppa, aku adalah orang lain dikehidupanmu. Aku adalah seseorang yang selalu bermimpi untuk bersamamu. Aku adalah seorang yang ingin melihat mata dan senyummu. Aku hanyalah seorang penggemarmu!”, jerit Nata menahan sesak di hatinya.
“ Aku adalah seorang penggemar yang ingin lebih mengenalmu”. Air mata jatuh dipipi dara manis khatulistiwa ini.
“ Nata”, desah Soo Young.
“ Aku akan pergi. Aku sudah cukup senang bisa melihat senyum dan matamu. Aku akan terus membawamu di mimpiku, karena itu sudah cukup menyenangkan”, ucap Nata kemudian dia berpaling. Soo Young memegang tangan kanannya. Nata menatap Soo Young dalam. Dia tersenyum dan melepaskan tangan kanan Soo Young dengan tangan kirinya.
“ Gamsa hamnida”, ucapnya menunduk dan pergi membawa serpihan luka dihatinya.
*****
Sinar senja memancar indah di langit Korea Selatan. Nata melintasi jalan Korea dengan kesunyiannya. Ia tidak mampu membendung air matanya. Perjalanannya ke Korea seakan tiada arti. Dari dalam hotel, seorang gadis dengan tinggi semampai keluar dari hotel dengan tergesa-gesa.
“ Mika...”, ucap Nata perlahan seakan mengenali wanita yang mulai masuk ke dalam taksi.
“ Mika!”, jerit Nata sambil berlari mengejar taksi yang dinaiki Mika. “ Mik lu kemana?”, jerit hati Nata. Nata melihat ke sebuah hotel di belakangnya. Dia masuk ke dalam hotel tersebut untuk mencari informasi tentang Mika sahabatnya.
“ Eoseo osipsiyo ”, ucap petugas resepsionis, ramah.
“ Maaf, saya bisa menanyakan tentang seseorang?”, tanya Nata.
“ Ia, siapa yang anda maksudkan”, tanya petugas tersebut.
“ Mika Agnesia dari Indonesia”.
“ Oh, Nona Mika. Dia baru saja keluar. Ada pesan”.
“ Anda tau dia kemana?”, tanya Nata penuh harap.
“ Dia bekerja di klub Pharang ”, ucap petugas tersebut. Nata terkejut mendengar pekerjaan Mika.
“ Klub?”, tanyanya meyakinkan.
“ Ne”, petugas itu mengangguk.
“ Alamat kerjanya dimana? Saya akan kesana!”, ucap Nata. Petugas itu segera mencari alamat. Dibuku alamat, hotel tersebut.
“ Ini Nona”, petugas itu memberikan sebuah kertas yang telah tercantumkan alamat.
“Gamsa hamnida”, ucap Nata dan kemudian pergi meninggalkan hotel.

@@@@@@

Sepanjang jalan di dalam taksi Mika menatap lekat leontin pelangi di genggaman tangannya. Ia tersenyum dalam.
“ Kamu akan berada, ditempat yang kamu inginkan”, desahnya menatap kalung pelangi yang ada ditangannya.
Klub malam terlihat sepi, hanya ada beberapa pengunjung yang sedang minum. Dan kelima anggota The Sun, mereka duduk di salah satu meja tamu. Hyu Win menuangkan minuman ke dalam gelasnya.
“ Hyu Win, lu udah dapat ide?”, tanya Min Kay, membuka pembicaraan. Sembari menungkan minuman kegelasnya.
“ Apaan?”, tanya Hyu Win sambil meminum segelas bir.
“ Lagu yang akan kita bawakan di malam musim semi?”, ucap Min Kay.
“ E...e...”, ucapnya mengangguk.
“ Apa?”, Jun Ki menimpali.
“ Lagu yang sangat indah”, ucapnya sambil tersenyum. Kelima anggota lainnya mengerutkan kening.
“ Bagaimana dengan melodinya”, Ry Wok berkata dengan wajah penasaran.
“ Kita buat melodinya seringan mungkin. Seperti angin yang berhembus lembut”, senyum Hyu Win.
“ Waa”, tanya Jun Ki penasaran. Hyu Win hanya tersenyum.
“ Hyung, dapat ide dari mana?”, tanya Ghu Wuk anggota paling kecil. Hyu Win kembali tersenyum hangat. Kelima anggota The Sun saling berpandangan. Tidak mengerti arti dari senyuman Hyu Win tersebut.
“ Oh ya Hyung, bagaimana dengan gadis yang kemarin berada di kamarmu?”, tanya Jun Ki, tiba-tiba. Mendengar ucapan Jun Ki, wajah Hyu Win berubah.
“ Kenapa menanyakan itu?”, tanya Hyu Win.
“ Hyung menyukainya?”tanya salah satu anggota termuda di The Sun.
“ Cih...”, ucap Hyu Win tertawa kecil. Gue gak mungkin menyukai gadis seperti dia”, Hyu Win sombong.
“ Kenapa tidak?!”, seru Min Kay.
“ Dia itu, cuma pelayan klub malam. Perempuan kalau dikasih senyum dan uang sedikit bakal seperti itu”, ucap Hyu Win tanpa bersalah.
“ Jadi, lu cuman manfaatin dia”, seru Ry Wok tiba-tiba.
“ Gak juga sih. Kan semua gadis di klub malam sama saja. Mau dimanfaatin atau gak sama aja”, Hyu Win meminum segelas bir dicangkirnya.
“ Lu yakin?”, tanya Min Kay.
“ Eh denger ya. Ngapain juga gue suka, sama nuna-nuna gak jelas!”.
“ Plaakkk”, sebuah tamparan melesat dipipi Hyu Win. Mika berdiri di hadapannya. Celah kristal membekas indah dimatanya.
“ Mika...”, kaget Hyu Win melihat Mika telah ada disampingnya. Wajah Mika penuh kekesalan.
“ Lu tau gak, bagaimana sulitnya aku beradaptasi di Korea. Lu tau gak, bagaimana sulitnya gue kehilangan sahabat gue. Lu tau gak, bagaimana sulitnya gue bekerja di tempat senista ini. Lu tau gak, bagaimana gue terus mencoba bertahan dengan kehidupan malam ini. Lu tau gak, semua ini karena lu!”, teriak Mika menahan sesak dihatinya. Air matanya mengalir deras.
“ Mika....”, ucap Hyu Win pelan.
“ Apa lu pernah tau perasaan gue, yang selama ini selalu ingin melihat senyum dan mata lu. Apa lu tau perarasaan gue. Saat gue merasakan lu berada didekat gue. Apa salah jika perasaan di dalam mimpi gue ini jadi kenyataan. Apa itu salah. Lu mau tau mimpi gue. Gue ingin bersama lu. Itu mimpi gue”, desah Mika dengan kristal halus dipelupuk mata indahnya.
“ Nuna sudahlah”, ucap Min Kay menenangkan.
“ Apa gue salah, jika gue lebih tua dari lu. Padahal Tuhan saja tidak pernah mempersalahkan hal itu. Gue salah menjadi orang yang selalu berharap ada disamping lu. Gue salah menjadikan lu mimpi gue!”, teriak Mika dan pergi meninggalkan Hyu Win yang terdiam di tempat duduknya.
@@@@@@

Langit malam Korea begitu dingin. Seorang gadis Indonesia dengan tubuh semampai. Keluar dari bar, dengan kristal halus dipelupuk mata indahnya. Air matanya membekas indah dipipi cantiknya. Hatinya seakan mati. Mimpinya telah membawanya jauh dari kenyataan. Kalung pelangi indah masih terus berada di genggamannya. Kalung pelangi yang tak sempat ia berikan pada bintang dalam mimpinya.
Seorang gadis manis memakai kupluk dengan setia menunggunya di depan bar. Mika terdiam sesaat, ketika melihat gadis manis tersebut telah berada dihadapannya. Gadis itu mendekat kearahnya dengan mata berbinar-binar. Ia tidak mampu untuk berucap. Gita menghapus air matanya, dan mendekat.
“ Nata.....”, ucapnya pelan. Nata mundur beberapa langkah. Mika terkejut melihat reaksi sahabatnya. Sahabat yang sekian lama selalu ia sebut, ketika ia bersama mimpinya.
“ Nata...”, ucapnya mendekat. Dan berusaha menggapai tangan sahabatnya.
“ Jangan sentuh gue”, suara Nata sesak, menahan air matanya. Nata tidak mampu melihat Mika, sahabatnya yang sekarang. Dengan pakaian yang begitu menyolok. Serta bekerja di klub malam.
“ Nata.....”, sesak nafas Mika mendengar semua kata yang terucap dari bibir Nata.
“Apa yang lu lakuin!”, jerit Nata menahan sesak di dadanya.
“ Nat...”, air mata Mika jatuh menetes di wajahnya.
“ Apa yang lu lakuin Mika?!”, jerit Nata. Samar-samar air mata jatuh dipipi manisnya.
“ Gue.....hanya melakukan, apa yang gue bisa lakukan”, ucap Mika datar. Dia tidak tau apa yang harus ia sampaikan. Perasaan senang atau perasaan sedih. Nata menatap sahabatnya dengan tatapan kosong. Perlahan Nata mendekat.
“ Plakkk.....”, sebuah tamparan melesat dipipi Mika. Mika hanya terdiam, menahan sesak dihatinya.
“ Apa yang lu lakuin Mika”, Nata menggugah sahabatnya. Air matanya mengalir deras. Mika hanya bisa diam. Dengan air mata yang terus mengalir. Perlahan Nata memeluk sahabatnya.
“ Ayo, kita pergi dari tempat ini”, seru Nata dalam. Nata dan Mika melangkah pergi meninggalkan bar.
******
Taksi yang mereka naiki melaju kencang melintasi jalan raya Korea. Namun suasana dalam taksi tampak sepi. Seakan tidak ada penghuni. Hati mereka seakan mati.
“ Pak, disini aja”, Nata berucap. Mereka turun disalah satu jembatan layang Korea Selatan.
Suasana kembali sepi. Hanya suara kendaran hilir mudik. Serta suara angin malam yang berhembus pelan. Perlahan Nata menatap sahabatnya yang tertunduk berat.
“ Mik... Aku tidak tau, kenapa lu melakukan itu. Tapi yang gue tau, gue benci lu melakukan itu”, tatap Nata lekat. Mika menatap sahabatnya dalam.
“ Apa yang gue lakukan?”, ucapnya perlahan. “ Yang gue lakukan hanya....”, ucapannya terhenti. Nata terus menatap sahabatnya lekat.
“ Jika gue bisa melihatnya lebih dekat, apa gue salah. Apa salah gue, jika perasaan senang berubah menjadi perasaan suka. Jika seorang penggemar menyukai idolanya, apa itu salah. Apa salah, jika umur gue lebih tua dari dia. Apa itu juga dipersalahkan. Dan apa salah, jika berharap dia selalu ada buat gue. Hanya itu yang gue ingin lakukan”, ucap Mika dengan kristal bening dimatanya. Guratan dalam terlihat di kening Nata.
“ Apa yang lu katakan?”, Nata mulai membaca kristal halus yang tidak hentinya keluar dari mata indah sahabatnya. Perlahan Mika diam sesaat.
“ Gue ketemu di sini Nat”, mata sayunya menatap lekat sahabatnya.
“ Gue tau, pekerjaan yang gue lakukan itu salah. Tapi apa salah, jika gue merasa hidup gue sangat sempurna, ketika melihat senyumnya. Ketika gue bisa melihat mata indahnya. Apa salah gue mengharapkan itu semua”, tangis Mika. Nata memeluk sahabatnya. Air matanya ikut mengalir.
“ Aku mengerti sekarang, apa yang Mika rasakan”, ucap Nata dalam. Mika menatap sahabatnya. Ia baru sadar, ia terus menceritakan pengalamannya. Sedangkan sahabatnya dengan setia mendengarkan.
“ Selama ini lu kemana Nat?”, tanya Mika dengan kerutan keningnya yang semakin dalam. Nata tersenyum dan suasana tampak hening.
“ Aku menemukan mimpiku”, senyumnya. Mika menatap Nata semakin lekat. “ Aku bisa melihat wajahnya. Aku bisa merasakan desah nafasnya. Aku bisa merasakan kehidupannya. Tapi aku tidak bisa merasakan hatinya”, mata Nata sayu. Celah bening mulai melesat turun dimatanya. Mika menghapus air mata sahabatnya.
“ Lu bertemu Soo Young?”, tanya Mika meyakinkan ucapan Nata.
“ Ehe...”, Nata mengangguk.
“ Kalau begitu kenapa menangis?”, tanya Mika.
“ Aku menangis karena pertemuanku dengannya”.
“ Apa yang lu katakan Nat?”.
“ Jika aku tidak pergi waktu itu. Mungkin semuanya tidak akan seperti ini. Kita mungkin bisa bersama-sama meraih mimpi kita”. Kristal halus membasahi pipi Nata.
“ Sudahlah. Mungkin perpisahan adalah awal dari pertemuan”, ucap Mika menenangkan sahabatnya. Nata mengangguk. Perlahan Mika tertawa pelan.
“ Apa yang lu ketawain Mik?”, tanya Nata heran.
“ Nasib kita sama”, ucap Mika ringan. Nata mengerutkan keningnya dan ikut tertawa. Nata menatap ke depan. Matanya terus menatap angkasa yang luas.
“ Nih buat lu”, Mika memberikan kalung pelangi ke Nata.
“ Ini”, Nata menatap kalung pelangi pemberian Mika.
“ Karena lu, sahabat yang paling gue sayangi. Gue juga telah menemukan bintang Gue. Gue rasa, yang berhak atas kalung ini adalah lu”, Mika berlalu.
“ Mik tunggu....”, Nata berlari kearah Mika. Nata memasangkan kalung buat Mika.
“ Karena lu, sahabat terbaik gue”, senyum Nata. Bening air mata jatuh dipipi Mika.
Jalan raya Korea yang semulanya mati, sekarang terlihat hidup. Cahayanya berkilau-kilau, ditimpa lampu-lampu kota. Bintang-bintang pun seakan bernari-nari di angkasa. Penuh dengan warna, layaknya pelangi. Yang dulu begitu indah, di langit khatulistiwa.

SARANG HAMNIDA
“ Mik, mau kemana?”, tanya Nata yang masih di tempat tidur, sembari mengucek matanya. Ia tidak lagi berada, di hotel tempat biasa ia tinggal. Ia ingin jauh dari kehidupan pemuda yang ada dimimpinya.
“ Ke restoran Pak Sofyan”.
“ Siapa dia?”, tanya Nata sambil merapikan tempat tidur.
“Dia kenalanku sewaktu di bandara. Dia orang Indonesia, tinggal disini bersama keluarganya”.
“ Oh, memang mau ngapain?”.
“ Mau melamar kerja, di restorannya”.
“ Memang bisa”.
“ Dari pada kerja di klub malam. Makan hati”, senyum Mika. Nata ikut tertawa.
“ Mik aku ikut ya”.
“ Ngapain?”.
“ Bosen disini. Makan hati”, gerutu Nata.
“ Dasar”, ledek Mika. Nata segera mandi dan bersiap-siap untuk pergi bersama Mika.
******
Restoran Sunda pak Sofyan berada ditengah kota Korea Selatan. Restorannya ramai pengunjung.
“ Annyeonghaseyo?”, ucap Mika kesalah satu pelayan restoran.
“ Annyeonghaseyo?”, balas pelayan tersebut.
“ Maaf, bolehkah saya bertemu Pak Sofyan?”, tanya Mika.
“ Tentu. Tunggu sebentar”. Pelayan tersebut masuk ke dalam salah satu ruangan yang ada di restoran tersebut. Belum beberapa menit mereka menunggu, pak Sofyan telah berada dihadapan mereka berdua.
“ Nak Mika ya?”, ucap pak Sofyan ramah, mencoba mengenali gadis Indonesia tersebut.
“ Ia pak”, ucap Mika.
“ Silahkan duduk”, pak Sofyan, mempersilahkan Mika dan Nata duduk.
“ Makasih pak”, ucap mereka serentak.
“ Bapak kira, kamu sudah pulang ke Indonesia Mik”, tawanya pelan.
“ Belum pak, buktinya saya masih disini”, canda Mika.
“ Ini temanmu?”, tanya pak Sofyan tersenyum ramah.
“ Nata pak”, Nata mengenalkan diri.
“ Kalian bertemu?”.
“ Baru tadi malam”, ucap Nata.
“ Ya ampun. Jadi baru bertemu”, Pak Sofyan menggelengkan kepala.
“ Maaf pak”, Mika berucap.
“ Ia kenapa?”.
“ E....Apa kami boleh bekerja disini barang beberapa minggu”, ucap Mika.
“ Kami bisa kerja apa aja kok”, timpal Nata. Pak Sofyan tersenyum.
“ Ya sudah, kebetulan dua orang pelayan saya, juga lagi pulang ke Indonesia. Kalian berdua bisa bantu-bantu disini”.
“ Makasih pak”, senyum mereka berdua. Mulai hari ini, Nata dan Mika bekerja di restoran Sunda milik keluarga Sofyan.

@@@@@@

Di dalam kamar Hyu Win membuat bait-bait melodi untuk lagunya. Namun pikirannya hanya tertuju pada dara cantik khatulistiwa. Pikirannya, tidak lepas dari bayangan Mika.
“ Ahhhhh..................”, jeritnya membuang kertas-kertas yang ada di meja kerjanya. Tanpa pikir panjang Hyu Win, menarik jaketnya dan segera pergi dari apartemen.
“ Hyu Win kemana?”, tanya Min Kay. Hyu Win tidak memperdulikan pertanyaan Min Kay dan buru-buru pergi.
Jong hoon melintasi jalan Korea Selatan dengan perasaan berat. Dia menghentikan motornya, tepat di jembatan layang. Ia menjerit keras.
“ Aaaaaaaaaa...........”, jeritnya dan menghempas jaketnya. Ia terduduk di atas jembatan layang tersebut. Beberapa jam kemudian dia pergi ke klub malam yang biasa ia kunjungi.
Satu buah botol bir, berada di depannya. Setengah dari minuman itu telah diminumnya.
“ Hyung”, Jun Ki mengambil gelas, yang ada ditangan Hyu Win.
“ Sini!”, bentak Hyu Win yang hampir mabuk.
“ Kenapa lu?”, ucap Min Kay keras.
“ Gue ingin lepas, gue gak mau pusing. Gue ingin lepas dari perasaan gue”, ucapnya setengah sadar.
“ Apa yang membuat lu seperti ini”, Ry Wok berucap pelan.
“ Hem....Gue cuma, pengan lepas!”, teriaknya dan mengambil gelas minumannya ditangan Jun Ki.
“ Lepas, dari perasaan hyung ke Mika nuna!?”, ucap Ghu Wuk tiba-tiba.
“ Eh anak kecil lu tau apa?”, ucap Hyu Win agak kasar.
“ Sudahlah hyung, jangan bohongi hatimu!”, ucap Ghu Wuk.
“ Hee...he... Gue gak mungkin suka sama dia”, ucapnya pelan.
“ Hyu Win, jujur itu lebih baik”, ucap Ry Wok. Hyu Win diam beberapa saat. Dan ia mulai bicara.
“ Gue gak tau perasaan gue. Gue hanya merasa kehilangan sesuatu dari hidup gue. Tapi gue nggak tau itu”, ucap Hyu Win parau. Keempat anggota lainnya tersenyum dalam.
“ Mika nuna sekarang bekerja di restoran Sunda. Di pertengahan kota Korea. Pergilah kesana. Dapatkan hatinya kembali kami mendukungmu”, ucap Min Kay. Ke tiga anggota lainnya ikut tersenyum.
“ Semangat hyung”, ucap Jun Ki menyemangati. Hyu Win mulai bisa tersenyum hangat.

@@@@@@

Di salah satu ruang audio musik managemen God From Eastern. Soo Young kurang berkosentarasi menyanyikan lagu barunya.
“ Soo Young kosentrasilah”, Min Ho menyemangati.
“ Baik hyung”, Soo Young berusaha berkosentrasi. Namun baru beberapa detik ia bernyanyi, nada yang dinyanyikan Soo Young sumbang. Soo Young berhenti, ditengah lagunya. Keempat hyungnya mendekat.
“ Jika kamu menyukainya, berikan lagu terbaik untuknya”, Shi Won tersenyum. Soo Young menatap Shi Won hyungnya.
“ Itu tidak mungkin”, Soo Young tertunduk.
“ Itu mungkin, jika kamu yakin. Kamu menyukainya”, tegas Ki Bum
“ Apa yang harus kulakukan?”, tanya Soo Young.
“ Perlihatkan ke Manager Ma, kamu bisa lebih baik karena keberadaan gadis itu”, tegas Jun Ho.
“ Tapi hyung taukan, bagaimana manager Ma”, Soo Young mengerutkan keningnya.
“ Dia juga manusia, pasti dia punya perasaan cinta”, Min Ho menguatkan Soo Young. Soo Young hanya tertunduk.
“ Ini....”, Shi Won, memberikan sebuah kartu nama.
“ Apa ini?”, tanya Soo Young mengambil kartu nama tersebut.
“ Nata bekerja ditempat itu”, ucap Ki Bum.
“Apa....”, Soo Young tidak percaya keempat hyungnya begitu baik terhadapnya.
“ Pergilah temui dia. Dan bilang, kamu bisa menjaganya. Kamu bisa menjadi lebih baik karenanya”, senyum Shi Won.
“ Gamsa hamnida”, senyum Soo Young cerah.

@@@@@@

Di luar restoran Sunda Sofyan ramai orang berkumpul. Sebuah panggung dengan seketika berdiri kokoh di depan restoran Sunda Sofyan. Beberapa pengunjung berlari keluar.
“ Mik ada apa?”, tanya Nata dari belakang.
“ Gak tau Nat, pengunjung kita jadi keluar semuanya ”, gerutu Mika.
“ Ya sudah, kita kerja aja. Ngapain ngurusin kayak gituan”, ucap Nata dan berbalik. Mika juga mengikuti langkah Nata.
Dari arah panggung. Suara piano mengalun indah. Diikuti melodi gitar yang ringan. Iramanya seperti angin semilir. Yang berhembus lembut, dikedua belah daun telinga.

Saat ku menatapnya............
Ku lihat pelangi indah .........
Di pelupuk matanya...........

Degupan jantung Nata dan Mika berdegup keras. Mereka seakan mengenali lirik lagu ini. Mereka berbalik ke belakang. Alunan lagu itu seakan membawa mereka, kehadapan panggung.

Kurasakan ada getaran.........
Dalam jiwaku..............
Ku merasakan hatiku begitu damai...........

Alunan lagu itu terus bernyanyi dengan merdu. Tanpa terasa dari kedua mata indah gadis khatulistiwa ini, mengalir bening kristal. Mereka melihat kedua belahan hati mereka begitu sempurna, menyanyikan lagu yang indah. Hyu Win bermain piano dengan santai layaknya pangeran dari negeri dongeng sedangkan Soo Young bermain gitar sambil menyanyikan bait lagu tersebut. Menambah pesonanya dihati dara khatulistiwa ini.
Hyu Win dan Soo Young mengakhiri lagunya. Perlahan Hyu Win turun dari panggung dan mendekat ke Mika. Dia menatap Mika lekat.
“ Mik, lu pernah bilang betapa sulitnya lu beradaptasi disini. Lu pernah bilang betapa sulitnya lu kehilangan sahabat lu. Lu pernah bilang betapa sulitnya lu bekerja ditempat senista itu. Lu pernah bilang bagaimana susahnya lu bertahan di dunia malam. Semua itu karena guekan!”, ucap Hyu Win dalam. Air mata menetes di wajah Mika.
“ Karena itu, biarin gue jadi teman buat lu beradaptasi. Karena itu biarin gue jadi sahabat yang terpenting di hidup lu. Karena itu biarin gue merubah tempat senista menjadi tempat sesuci di hati lu. Karena itu biarkan gue bersama lu di saat malam lu”, ucap Hyu Win perlahan dan terdengar syahdu di telinga Mika.
“ Hyu Win”, Mika menatap Hyu Win dalam. Dan berbalik ke belakang, ia tidak mau lagi mencintai pemuda yang selalu ada dimimpinya. Ia ingin melangkah ke dunia nyatanya. Hyu Win menggapai tangan Mika. Mika berhenti dari jalannya.
“ Mik, lu bukan nuna di hati gue. Tapi lu adalah Mika seorang gadis terbaik yang dikehidupan gue”, ucap Hyu Win. Mika berbalik.
“ Mik, lu pernah bilang mimpi lu adalah bersama gue”, ucap Hyu Win menatap Mika lekat. “ Apa gue salah. Jika gue berharap mimpi lu itu, tetap ada untuk gue. Sarang hamnida, Mika”, jerit Hyu Win. Kristal indah membanjiri selaput mata indah Mika.
“ Hyu Win, apa lu yakin?”, Mika menatap Hyu Win. Hyu Win mengangguk dan memeluk Mika.
Nampak celah bening, dimata gadis manis khatulistiwa dia merasakan kebahagian yang dirasakan sahabatnya. Tiba-tiba dari belakang Soo Young memeluknya.
“ Nae yeojachin-guga doeeojullaeyo ”, ucap Soo Young pelan ditelinganya. Nata berusaha berontak dari pelukan Soo Young.
“ Tetaplah disini, jangan lepaskan pelukanku”, ucap Soo Young menggetarkan hati Nata.
“ Itu tidak mungkin oppa”, Nata tertunduk dengan celah bening dimatanya.
“ Mungkin, karena ku yakin aku akan menjagamu dan terus bersamamu”, ucap Soo Young dari belakang.
“ Tapi”.
“ Diamlah”, Soo Young memeluk Nata erat. “ Nat lu pernah bilang, lu ingin mengenal gue lebih dekat?”.
“ Ne”, desah Nata pelan.
“ Maka, gue akan mengenal lu lebih dekat”.
“ Tapi oppa, karirmu akan turun”, Nata masih mengkhawatirkan karir Soo Young.
“ Kamu masih memikirkan karirku. Kenapa tidak memikirkan hatiku?”, tanya Soo Young.
“ Apa”, Nata bingung dengan ucapan Soo Young.
“ Bukankah karier itu, dilaksanakan dengan hati. Jika hatiku telah rapuh, bagaimana aku melanjutkan karierku”.
“ Oppa”.
“ Aku tau kamu akan berada bersamaku, walau karirku jatuh sekalipun”, Soo Young berucap pelan. Nata mengangguk, air matanya jatuh perlahan.“ Jadilah bintang terindah dihatiku”, ucap Soo Young memeluk Nata erat.

@@@@@@

Semua anggota The Sun dan God From Eastern, menyanyikan bait lagu yang diciptakan oleh dua dara, dari negeri khatulistiwa ini. Jun Ki dan Shi Won dengan melodi gitarnya, Ry Wok dan Ki Bum dengan basnya. Ghu Wuk dan Jun Ho dengan drumnya. Min Kay dan Min Ho menyanyikan lagu tersebut. Lagu yang berjudul bintang terindah.



Saat ku menatapnya
Ku lihat pelangi indah
Di pelupuk matanya
Kurasakan ada getaran
Dalam jiwaku
Ku merasakan hatiku begitu damai

Hai angin dengarkan isyarat hatiku
Isyarat untuk bintang terindah di mimpiku
Jadikanlah ia bintang untukku
Dalam dunia nyataku

Saat ku melihatnya
Ku merasakan senyumnya
Senyumnya membuatku lumpuh
Membunuh sebagian dari nyawaku
Dia yang terindah
Bintangku
Dan akan selalu ada dihatiku

( Einda Asahy)

REFERENCI KOREA

1. Sarang Heo (Mencintai mu)
2. Ne ( Iya)
3. Gohyang i odi simnikka (Dari mana asalmu)
4. Gamsa hamnida (Trimakasih)
5. Gan gang un oddosumnikka ( Bagaimana kesehatanmu)
6. Annyeonghaseyo? ( Apa kabar)
7. Yosaa o ddosumnikka ( Bagaimana keadaanmu akhir – akhir ini)
8. Dangsin ui irum un muos imnikka(Siapa namamu)
9. Juhsumnida (Baiklah)
10. Mianhaeyo (Saya minta maaf)
11. Jinaesseyo (Baik)
12. Waa (Apa)
13. Narang sagwillaeyo? (Maukah berteman dengan saya)
14. Waeyo (Kenapa)
15. Mianhamnida(Saya minta maaf)
16. Aniyo ( Tidak)
17. Amugeotto eopseoyo (Tidak apa – apa)
18. Seonghami mu-eosimnika (Siapa namamu)
19. Jeoneun Gita-imnida (Saya Gita)
20. Gita ssineun myeot sarimnika ( Gita berapa umurmu)
21. Jeoneun 22 sarimnida ( 22 tahun)
22. Gwaenchaneyo (Tidak apa – apa)
23. Eoseo osipsiyo (Selamat datang)
24. Binbang innayo (Ada kamar kosong)
25. Ne, eoteon bangeul deurilkayo (Ya, jenis kamar apa yang anda inginkan)
26. Seuwitheumrum jom juseyo (Tolong beri saya suite Room)
27. Pharang (Biru)
28. Sarang hamnida (Aku mencintaimu)
29. Nae yeojachin-guga doeeojullaeyo ( Maukah jadi pacarku)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar