Jumat, 18 Maret 2011

TANJUNG PINANG “PENYENGAT” (KEPULAUAN RIAU)

Tanjung pinang merupakan ibukota propinsi Kepulauan Riau. Dipulau ini memiliki aset budaya yaitu melayu. Serta peninggalan – peninggalan bersejarah kerajaan melayu. Aset ini terdapat di sebuah pulau yang bernama Pulau penyengat. Banyak pelancong menyebut pulau ini dengan nama Penyengat indrasakti.

Pulau penyengat terletak disebelah barat kota Tanjung pinang lebih kurang 1,50 Km dari kota Tanjung pinang. Luasnya sekitar 3, 50 km. Tanahnya berbukit - bukit terdiri dari pasir bercampur kerikil, sementara pantainya umumnya landai, sebagian berumput, sebagian lagi berbatu berkarang. Diantara Pulau Penyengat dan Tanjung pinang terdapat selat yang lebarnya sekitar 1,5 km yang dapat dilewati dengan perahu.

Sumber-sumber sejarah mengatakan, pulau ini merupakan sebuah pulau kecil yang berjarak kurang lebih 6 km dari Kota Tanjung Pinang, pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini berukuran kurang lebih 2.500 meter x 750 meter, dan berjarak lebih kurang 35 km dari Pulau Batam. Pulau ini dapat dituju dengan menggunakan perahu bot atau lebih dikenal bot pompong. Dengan menggunakan bot pompong, memerlukan waktu tempuh kurang lebih 15 menit.
Dizaman pemerintah Sultan Mahmud Syah (1761-1812 M), ketika beliau menikah dengan

Engku putri binti Raja Haji Syahid Fisabilillah sekitar tahun 1801 M, pulau ini diserahkan kepada permaisurinya sebagai mahar atau maskawinnya. Karena peranan pulau penyengat seangat penting didalam kesejarahan Kerajaan Riau itulah, pulau penyengat ini menjadi terkenal dan menarik minat orang untuk berkunjung.
Pulau Penyengat merupakan salah satu obyek wisata di Kepulauan Riau. Salah satu objek yang bisa kita liat adalah Masjid Raya Sultan Riau yang terbuat dari putih telur, makam-makam para raja, makam dari pahlawan nasional Raja Ali Haji. Raja Haji sendiri merupakan pencetus Gurindam Dua Balas. Yang banyak diperbincangkan pelajar – pelajar sastra saat ini. Juga terdapat kompleks Istana Kantor dan benteng pertahanan di Bukit Kursi.

Pada abad ke-18, Raja Haji membangun sebuah benteng di Pulau Penyengat, benteng tersebut tepatnya berada di Bukit Kursi, disana ditempatkan beberapa meriam sebagai basis pertahanan Bintan. Ia menguasai wilayah istrinya Raja Hamidah tahun 1804. Anaknya kemudian memerintah seluruh kepulauan Riau dari Pulau Penyengat. Sementara itu, saudara laki-lakinya memerintah di Pulau Lingga di sebelah selatan dan mendirikan Kesultanan Lingga-Riau.

Menurut cerita, pulau kecil di Kepulauan Riau ini sudah lama dikenal para pelaut sejak berabad-abad yang lalu karena menjadi tempat persinggahan untuk mengambil air tawar yang cukup banyak tersedia dipulau itu. Menurut legenda lebih lanjut, nama “penyengat” diberikan kepada pulau itu, karena pernah pelaut-pelaut yang sedang mengambil air bersih ditempat itu diserang oleh semacam lebah (insect) yang dipanggil “penyengat” hingga menimbulkan korban. Sejak peristiwa itu pulau tersebut terkenal di kalangan pelaut dan nelayan dengan sebutan “Pulau Penyengat”. Pada saat pusat pemerintahan Kerajaan Riau bertempat di pulau itu, ia diresmikan dengan nama “Pulau Penyengat Indera Sakti”.

Karena letaknya sangat seterategis bagi pertahanan negeri Riau yang berpusat di Ulu Sungai Riau (Riau lama), pada abad-abad yang lalu pulau penyengat telah berkali-kali menjadi medan pertempuran (Perang Sultan Sulaiman – Raja Kecil Siak), bahkan tatkala terjadi perang Riau dengan Belanda (1782-1784) Pulau penyengat telah dijadikan pusat pertahanan yang utama.

Benteng-benteng dengan sistem pertahanan dengan “gaya portugis” telah dikembangkan di Pulau itu yang sisa – sisanya masih dapat dilihat sekarang. Pada 1803 Pulau Penyengat telah dibina dari sebuah pusat pertahanan menjadi negeri, dan kemudian berkedudukan Yang Dipertuan Muda Kerajaan Riau-Lingga, sementara sultan berkediaman resmi di Daik-Lingga.

Baru kemudian pada tahun 1900 Sultan Riau-Lingga ke Pulau Penyengat. Sejak itu lengkaplah peran pulau penyengat sebagai pusat pemerintahan, adat istiadat, agama Islam, dan kebudayaan Melayu. Di Pulau Penyengat terdapat peninggalan Kerajaan Melayu Riau-Lingga, makam Raja Ali Haji Pujangga Melayu Riau yang terkenal dengan Gurindamnya, makam Raja Ja’far, dan lain-lain.

Di dalam Masjid Raya Pulau Penyengat yang dibangun 1882, juga masih terdapat beberapa koleksi peninggalan sejarah seperti Kitab suci Al-Quran yang ditulis tangan dan mimbar antik penuh ukiran. Pulau Penyengat juga memiliki pemandangan alam yang indah, baik dipantai maupun di bukit-bukit. Anda bisa pula menyaksikan perkampungan tradisional penduduk, Balai Adat, dan atraksi kesenian.