Selasa, 22 Desember 2009

Light


Light

Light University, sebuah Universitas yang berdiri tegap menembus cahaya matahari pagi yang tepat di depannya. Begitu gagah berdiri di tengah - tengah pulau. Dengan pemisah laut lepas. Berjejer kapal memasuki pelabuhan Light. Beberapa dari mahasiswa Light memang berasal dari mahasiswa terpilih. Setelah gerbang tertutup. Para mahasiswa akan selalu melihat sang surya dari ufuk timur. Saat gerbang tertutup pula mereka tidak akan bisa melihat sang surya menutup matanya diufuk berat.

Dari pintu Gerbang Timur seorang gadis berlari terengah – engah, Bergegas menuju ruang aula. “ Kamu selalu telat! ”. Wanti mengarahkan telunjuknya ke kepala Nanda, kemudian tersenyum. Nanda pun membalas senyum hangat dari teman seasrama dengannya. Gerbang Selatan kemudian terbuka. Terlihat gadis – gadis cantik, dengan gaun putih. Sangat anggun apalagi Wasna ketua asrama selatan.

Beberapa detik kemudian, pintu Gerbang Utara terbuka. Semua mata mengarah pada pintu Utara. Pintu utara merupakan asrama cowok. Yang sebagian besar adalah anak – anak pejabat yang mempunyai keahlian khusus. Ketua asrama utara adalah Bayu. Sedangkan pintu Gerbang Timur adalah tempat anak - anak yang terpilih oleh Light. Dari kalangan biasa. Hanya pintu gerbang timur mahasiswa dan mahasiswinya bergabung. Ketua Asrama pintu gerbang timur adalah Kilan. Dia sekaligus menjabat ketua dari tiga asrama yaitu, Timur, Utara, dan Selatan. Pintu gerbang dari segala penjuru selalu terbuka. Hanya pintu Gerbang Barat yang tidak pernah terbuka.

Pintu Gerbang Barat selalu terkunci dengan baik. Hanya pagar besi yang membatasi pintu gerbang itu. Setiap senja seorang gadis selalu duduk di atas batu dekat danau yang membatasi antara Light dan Dark. Pulau yang berada di sebelah barat. Seorang laki – laki separuh baya mendekat kearahnya. “ Putri..!”. Putri menatap laki – laki itu dengan kebencian dimatanya. “ Pergi dari sini! ”. Mendengar bentakan Putri. laki – laki separuh baya itu pergi. Dia adalah kepala Universitas Light.

“Putri..” Teriak Nanda dari jauh. Putri menoleh kebelakang. Segores senyumpun terpahat diwajah Putri. Hanya bersama Nanda dia bisa tersenyum. “ Put tadi kakek – kakek tua itu kesini ya?”. Nanda tertawa kecil. “ Iya..”. Ucap Putri rada nyelongos. “Kenapa kamu tidak pernah membuka hatimu untuknya?”. “Untuk apa!. Aku tidak akan pernah memaafkannya. Dia yang membuat ibuku meninggal”. “Tapi dia ayahmu”. “Apa Ayah?. Seorang ayah tidak akan pernah membuat sebagian nyawa dari anaknya hilang”. Titik air mata itu mengalir dibelahan mata Putri.

Setelah tenang mereka terdiam sejenak. “Dulu waktu ku kecil ibuku sering menulis di buku yang bernama Dark. Seperti nama pulau yang ada dihadapan kita sekarang. Aku ingin sekali berada disana bersama mimpi – mimpi ibuku. Aku ingin tau isi buku itu. Karna ku yakin separuh dari isi buku itu adalah nyawa ibuku”. Putri menatap Nanda matanya menerawang jauh. Nanda tersenyum kearah sahabatnya. “ Kamu pasti bisa menemukan buku itu”.

Terdengar suara buku – buku berjatuhan di dalam perpustakaan tua. Karena penasaran Nanda, memberanikan diri untuk masuk. “ Apa yang kalian lakukan”. Perkataan Nanda mengejutkan Fira dan Wanti. Teman satu asrama dengannya. Nanda langsung menarik buku ditangan Fira. Dikulit buku tertulis Dark. “Buku ini?”. Nanda langsung membawa kabur buku itu. Dia ingin memberikan buku itu kepada Putri sahabatnya

“Nanda mau bawa kemana buku itu?”. Teriak Fira, yang dari awal memang ingin mengetahui kunci untuk membuka Gerbang Barat. Mereka berdua berlari mengejar Nanda. “Au…” Nanda menabrak seorang pemuda yang tidak asing baginya. Dia Rifki adik Bayu, ketua Asrama Utara. Dari awal Nanda memang telah menyukainya. Tapi selalu menganggap perasaan itu hanya perasaan kagum.

“Nanda…”. Ucap Rifki. “Maafkan aku, aku harus pergi”. “Nanda ….” Teriak Fira dan Wanti yang masih mengejar dari belakang”. Karna penasaran Rifki pun mengikuti dari belakang. Mereka semua terkejut setelah menyadari mereka telah berada di perbatasan Gerbang Barat tempat larangan bagi Mahasiwa Light. Didanau Nanda berjalan agak pelan. Kilan yang terus memperhatikan semua gerak - gerik mereka langsung bergegas menuju perbatasan barat.

“Putri…”. Nanda menyerahkan buku yang ada ditangannya. “Apa ini Nanda”. Putri menghapus debu yang berada di permukaan buku tersebut. Semuanya mendekat. Tanpa terasa Air mata jatuh dipipi Putri. Setelah membaca beberapa kalimat dalam buku itu. Bayangan Ibunya kembali hadir. “Maaf aku boleh minta tolong, tolong buka halaman terakhir”. Ucap Fira. Dihalaman terakhir tertulis:

“ Light dan Dark dua pulau yang tak terpisahkan, Untuk membuka gerbang Light disebelah barat gunakan kipas pemilik Light. Yang bisa membuka pintu itu hanya orang yang punya keturunan dari pewaris Light”.

Semuanya terpana mendengar kata – kata itu. “Kita bisa kesana!. Hanya dengan satu cara minta bantuan Wasna. Dia adalah pewaris Light”. Semua mata mengarah pada Kilan. “Tapi bagaimana mungkin Lan”. Ucap Wanti setengah tidak percaya. “Rifki karna kamu sudah masuk kesini tugasmu adalah mendesak kakakmu untuk membantu kita. Cepat atau lambat kita mungkin akan dibuang ke Dark. Karna kita telah berada diperbatasaan yang dilarang Light. Jadi sebelum kita dibuang tidak ada salahnya kita mengetahui Dark itu seperti apa?”. “Terus apa yang harus ku lakukan?” . “ Desak Bayu agar bisa membantu kita. Hanya Bayu yang bisa mengalahkan keegoisan Wasna”.

Ruang peristirahatan Gerbang Selatan. “ Apa?, kalian menginginkan kipas itu, Kipas itu tidak bisa dipakai sembarangan. Kipas itu hanya dipakai untuk para kalangan tertentu”. Ucap Wasna agak sombong”. “ Percuma saja punya kipas bagus tapi tidak pernah dipakai. Sama saja seperti barang rongsokan” . Ucap Bayu agak sinis. “ Baik aku akan menyerahkan kipas ini. Asal aku juga ikut bersama kalian”.

Sebelum matahari terbit mereka berdelapan berkumpul di perbatasan Light dan Dark. “Ayo semangat” . Teriak Nanda. Semuanya tersenyum. Pintu Gerbang Baratpun Terbuka. Dengan sebuah Rakit mereka menyusuri perairan dan menyebarang ke sebrang pulau. Pulau Dark sangat berkabut udaranyapun sangat dingin. “Ni pake jeketku”. Ucap Kilan mendekat ke Putri dan memberikan jeketnya. Putripun tersenyum.

Nanda yang melihat adegan romantis itu cemberut. Dan tiba – tiba dia menguatkan hatinya dengan bilang. “ Ayo semangat…”. Dengan keras…Plok sebuah jeket terbang ke kepalanya. “ Jangan terlalu bersemangat entar sebagian tenagamu hilang”. Ucap Rifki tersenyum kearahnya. Sekali lagi Pemuda ini membuat Nanda tertunduk malu. Semuanya tertawa melihat perubahan drastis Nanda.

Akhirnya mereka sampai disebrang pulau. “ Hei tunggu aku..” Ucap Wasna yang ketinggalan agak jauh. “ Dasar nenek – nenek ayo cepat”. Bayu kembali dan menarik tangan Wasna. Wasna menatap Bayu. Dan kali ini mata dan mata saling bertatapan. Jantung Wasna sekarang bergetar begitu cepat. “ Lepaskan tanganmu..” Ucapan Wasna mengejutkan semua yang ada disitu. Semuanya tersenyum. “ Hei aku Cuma berniat membantumu” . “Ayo jalan”. Tangan Wasna masih dipegang erat oleh Bayu.

Perdesaan Dark. “ Ini seperti perdesaan, Ya ra?!”. Ucap wanti tapi Fira malah memperhatikan seorang wanita separuh baya yang berada di belakang mereka. Perempuan itu berjalan semakin cepat. “ Tante tunggu”. .Fira terus mengejar wanita yang menutup mukanya dengan kain. “Au…” Jerit Putri karna bertabrakan dengan seorang wanita separuh baya. Kain yang menutupi wanita itu pun terbuka. Beberapa saat kemudian mata mereka saling bertatapan terasa sesak. Wanita itu terus berlari. Putri terdiam sebentar dia seakan mengenal wanita itu.

“ Ibbuuuuuu..”. Dengan terbata – bata Putri berusaha menjerit. Tapi suaranya seakan tertahan oleh berjuta – juta beban. “ Ibu…..”. Teriakan Putri mengagetkan semua yang ada disitu. “Ibu…..”. Putri terus berlari mengejar wanita separuh baya itu. Akhirnya wanita itu berhenti dijalan buntu. Air mata mengalir deras dikedua kelopak mata Putri. “ Ibu…. apa kau tak ingin memelukku”. Desah Putri menahan sesak didadanya. “Apa kau telah melupakanku? Ibu.. Putri rindu Ibu, sangat rindu. Aku ingin seperti waktu ku masih kecil kau selalu ada untukku”. Putri terdiam air mata menjadi saksi luka dihatinya. “ Ibu kenapa kamu tidak menoleh kebelakang. Aku putri anakmu!. Ibu dengarkan aku!!. Ibu…..Ibu…”. Air mata bercucurun dari belahan matanya.

Kemudian wanita itu berbalik. Tapi dengan sebilah pisau yang telah berada ditangannya. “Bu apa yang ingin Ibu lakukan. Ibu ingin membunuhku?”. Dibelahan mata ibunya terlihat samar - samar air mata mengalir. “Lakukan ibu kalo itu membuatmu puas”. “Putri lari, Kilan tarik tangan Putri”. Jerit Fira. Kilan pun langsung menarik tangan Putri. “Ibu…” Desah Putri.
“Seharusnya kamu tidak melakukan itu?”. Bentak Fira. “Ibu mu sedang dipengaruhi obat. Setiap dua jam sekali dia akan kehilangan kesadaran. 15 menit kemudian dia akan kembali seperti semula”. “Dari mana kamu mengetahui itu semua?”. “ Dari Ayahku. Saat itu mereka adalah ahli ramuan. Tapi ramuan mereka gagal. Ibumu mencoba ramuan itu. Padahal sudah dibilang itu tidak boleh dicoba. Ibumu malah bersikeras. Akhirnya ibumu menjadi seperti sekarang ini. Dan kamu dibawa ke Light. Sedangkan penduduk disini merupakan orang – orang yang gagal di Light. Yang bersikeras masuk ke Dark karna penasaran dan menjadi penghuni tetap di Dark karna tidak tau jalan keluar menuju Light.

Setelah sadar dari pengaruh obat Ibu Putri langsung terduduk jatuh. “ Apa yang aku lakukan?, Putri anakku, maafkan ibu nak?” Desahnya dengan air mata yang berderai. Tiba – tiba Putri dari belakang memeluk ibunya. “ Ibu….Putri sayang ibu. Putri tidak ingin kehilangan Ibu. Ibu adalah segala – galanya bagi Putri. Apa yang harus Putri lakukan Ibu. Ibu jawab Putri?” Teriak Putri sambil terus memeluk erat Ibunya. Air mata terus mengalir dibelahan mata Putri.

“Anakku..” Ibu Putri mencium kening anak kesayangannya. Air mata jatuh di belahan mata ibunya. Yang harus kamu lakukan pergi dari sini. Sebelum matahari terbenam Gunung ini akan hancur. Jangan sia - siakan ayahmu. Tanpa dia kamu takkan tumbuh seperti ini. Dia adalah pengganti Ibu. Jangan membuat ayah mu terbaban. Dia sudah cukup menderita gara – gara Ibu. Cepat pergi bawa kipas ini”. Ibu Putri menyerahkan kipas pembuka Dark ke Light. “ Ahhhh…”. Ibu Putri menahan sakit dikepalanya. Karna pengaruh obat kembali muncul.“Ibu dengan deraian air mata Putri meninggalkan ibunya. “Ayo Put..” Teriak Wanti. Semuanya berlari menuju danau. Getaran gunung Dark semakin lama semakin keras. Akhirnya gunung tersebut menjadi keping – keping.

Setelah sampai di Light ditatapnya Kipas pemberian Ibunya. Dan dibukanya kipas itu ada tulisan tangan ibunya:

Anakku pasti sekarang kamu sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik.
Andai ibu ada didekatmu, dan melihat masa – masa remajamu.
Ibu juga ingin seperti ibu – ibu yang lain mendengar curahan hati anak gadisnya.
Tapi ibu tidak mampu melakukan itu.
Yang mampu Ibu lakukan hanya berdoa.
Semoga tuhan selalu berada didekatmu Putri kecil Ibu.
Walaupun Ibu tidak sempurna. Jangan Lupakan Ibu.
Karna Ibu sayang Putri.
Hanya dengan senyummu light akan bersinar di pagi dan sore hari.
Senja kali ini Ibu berikan Khusus untukmu
Putri anakku.

Air mata menjadi saksi bisu kerinduan dihati Putri. Kilan mendekat dan memeluknya. Beberapa detik kemudian seorang laki – laki separuh baya telah berada dihadapannya. “ Ayah…” Desah Putri…Putri berlari dan sujud dibawah kaki Ayahnya. Ayah Putri merangkul anaknya dan memeluk erat Putri kecilnya. Baru kali ini ia bisa memeluk Putri kecilnya yang beranjak dewasa.

Air matanya pun jatuh tak tertahankan menatap gadis kecil yang sekarang telah berada dipelukannya.“ Maafkan Putri Ayah…Maafkan Putri. Putri tidak ingin kehilangan orang – orang yang menyayangi Putri termasuk Ayah”. “Anakku…” Karna tidak bisa menahan air mata. Ayah Putri tidak bisa berkata apapun. Dia terus memeluk Putri harta yang paling berharga didunianya…

Senyuman itu sekarang kembali hadir di pulau Light… Gerbang segala penjurupun terbuka. Gerbang berat sekarang menjadi taman yang indah tempat melihat matahari senja. Senyum pun tergores diwajah penghuni Light University. Seperti senyum matahari senja yang dihadiah kan seorang Ibu untuk Putri tercinta.